Top Ad unit 728 × 90

BARU

recent

SAAT RUMAH TANGGA DIGUNCANG SOAL NAFKAH



Angka perceraian Indonesia tertinggi di Asia Pasifik.  Mmmm… Jangan tercengang ya dengan data ini. .
Menurut Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama RI tahun 2010, dari pernikahan 2 juta yang tercatat, ada 285.184 perkara rumahtangga yang berakhir dengan perceraian  per tahunnya.  Informasi lain menyatakan bahwa faktor ekonomi menempati urutan pertama dari penyebab terjadinya perceraian di Negara kita.  Dan 70% di antaranya para istrilah yang mengajukan gugatan cerai.  Apakah itu pertanda para wanita Indonesia sekarang memiliki kemampuan “uji nyali” yang cukup tinggi?
Para Bunda, ketidakpuasan terhadap kondisi ekonomi keluarga kerap menjadi  masalah serius dalam rumahtangga.  Seolah mengaminkan pendapat “hidup tak cukup dengan cinta, makan tuh cinta, apa bisa ia mengganjal rasa lapar!” teriaknya.
Bahkan bisa dibilang soal ekonomi ini menjadi persoalan klasik dari zaman ke zaman. Di zaman Rasulullah SAW pun pernah kejadian para istri beliau melakukan “demo”, meminta tambahan uang belanja yang dirasa kurang. Percaya ga Sahabat Ummi? bukankah mereka adalah para istri shalihah, kok bisa-bisanya melakukan demo nafkah?
Ya jawabnya bisa saja, para istri Rasulullah kan manusia juga. Wanita juga yang  kadang-kadang menginginkan perhiasan atau kebutuhan lainnya mungkin itu jawaban gampangnya.  Tapi kalau kita tengok peristiwa yang diabadikan dalam Al Quran itu memang menjadi  pintu  hikmah yang cukup besar buat kita para istri tentu saja.
Betapa Allah ingin menunjukkan sekaligus mengingatkan bahwa para istri kaum mukminin hendaknya bersabar dengan kondisi  ekonomi rumahtangga apa pun bentuknya.  Tetap mencintai pasangannya di waktu lapang dan sempit dan menjadikan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai landasan hidup berumahtangga bukan semata karena berlimpahnya materi.
Dikisahkan usai kemenangan kaum muslimin atas perang Ahzab dan diperolehnya harta rampasan perang setelah berhasil mengepung dan menumpas pengkhianatan Bani Quraizah di kota Madinah, para Istri Rasulullah mengira (layaknya para istri pada umumnya yang sukacita jika mendapat kabar suaminya mendapat tambahan rezeki) akan mendapat limpahan perhiasan, pakaian yang indah termasuk juga tambahan uang belanja.
Mungkin mereka juga berpandangan bahwa harta rampasan perang dapat digunakan oleh Nabi dan keluarganya. Melalui turunnya QS.Al Azab ayat 28-30, Allah SWT berkenan meluruskan dugaan mereka yang menjelaskan keadaan Nabi sebenarnya. Kedudukan beliau tidaklah sama dengan kedudukan raja dan kaisar yan terbiasa bergelimang harta apalagi pasca menang peperangan. Nabi adalah utusan Allah yang lebih mengedepankan pengorbanan sebagai seorang pemberi suri tauladan umatnya.
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Jabir, saat Abu Bakar r.a hendak menghadap Rasulullah ternyata dijumpainya banyak orang yang duduk mengantri di muka pintu dengan tujuan sama. Kemudian datang pula Umar bin Khattab r.a meminta izin menghadap, namun Rasulullah juga belum berkenan memberinya izin.
Setelah beberapa lama berselang, akhirnya beliau mengizinkan kedua sahabatnya masuk. Nampak Rasulullah yang sedang terdiam dikelilingi oleh kesembilan istri-istrinya. Umar pun mencari cara agar beliau tertawa. “Bagaimana pendapatmu jika istriku minta nafkah kepadaku lalu aku pukul kuduknya dengan tanganku”?.  Mendengar itu, Rasulullah pun tertawa. Ia pun berkata, “ istri-istriku ini duduk di sekelilingku (juga) meminta nafkah”.
Mendengar itu, Abu Bakar hendak memukul Aisyah demikian pula dengan Umar ia beranjak hendak memukul Hafsah seraya berkata, “kamu meminta kepada Rasulullah sesuatu yang tidak dimilikinya”.  Rasulullah lalu melarang keduanya.
Menurut riwayat Rasulullah menjauhkan dirinya dari para istrinya sesudah itu selama 29 hari atau satu bulan.  Maka  turunlah ayat 28 dan 29 surat Al Ahzab.
(28) “Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, “jika kamu menginginkan kehidupan di dunia dan perhiasannya, maka kemarilah agar kuberikan kepadamu  mut’ah  dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik”.(29) Dan jika kamu menginginkan Allah dan Rasul-Nya dan negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan pahala yang besar bagi siapa yang berbuat baik di antara kamu.”
Beliau kemudian memanggil istri-istrinya dan meminta untuk memilih salah satu dari dua hal tersebut.  Pertama kali yang disuruh memilih adalah Aisyah, beliau memintanya untuk mendiskusikan ayat yang turun itu kepada kedua orang tuanya.  Aisyah pun menjawab, “ Apakah aku akan menanyakan pendapat ibu bapakku tentang Engkau ya Rasulullah? Aku memilih Allah dan Rasul-Nya dan aku mohon agar engkau tidak menyampaikannya kepada istri-istri yang lain atas pilihanku ini.
Maka jawab beliau, “Sesungguhnya Allah ta’ala tidak mengutusku untuk menceraikan, tetapi Dia mengutusku untuk memberi pelajaran dan kemudahan. Bila ada di antara istri-istriku yang lain menanyakan kepadaku tentang pilihanmu, maka akan aku ceritakan kepadanya”.
Pada ayat ke 30, Allah memperingatkan istri-istri Nabi agar selalu menjaga diri, “Wahai istri-istri Nabi, barangsiapa diantara kamu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya azabnya akan dilipatgandakan dua kali lipat kepadanya. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah”
Bagaimana pun posisi istri Nabi berbeda dengan wanita pada umumnya, mereka adalah ummahatul mukminin (ibu kaum mukminin) yang tentu saja menjadi contoh teladan bagi mereka.  Pemberian azab 2 kali, karena mereka dalam pandangan Allah termasuk orang-orang yang telah mengetahui dengan sebenarnya perintah-perintah dan larangan Allah. Di samping tentu saja sebagai penjaga rumahtangga Rasulullah  dari segala perbuatan yang jahat yang mungkin terjadi.
Bunda, betapa halus ya akhlak Rasulullah dalam menyikapi tuntutan ekonomi para istrinya.  Beliau tidak marah-marah atau langsung menceraikan, melainkan mendiamkan untuk sementara waktu agar bisa berpikir tenang dan memohon kepada Allah dibukakan jalan.
Dan ternyata solusi dari Allah memang sebuah pernyataan yang menyentuh hati  nurani. Duhai… hati siapa yang tak bergetar jika Allah sendiri langsung ‘turun tangan’ untuk menjawab kegundahan masalah yang mungkin saja menurut benak sebagian orang sebagai persoalan remeh temeh? Ayat ini membawa pelajaran yang sangat berharga buat para istri kaum mukminin dimana saja di zaman kapan saja untuk bersabar diri dari keinginan yang bersifat materialistis.
Bahwa kebahagiaan berumah tangga tidak melulu diukur dengan banyaknya harta dan perhiasan.  Amat rendah kiranya jika ukuran kemegahan menggantikan besarnya pahala mendampingi dengan penuh kesetiaan sosok shalih yang diridhai Tuhan.
Dan bagaimana meneladani kisah ini jika dihubungkan dengan kondisi rumahtangga di zaman sekarang? Para istri di zaman sekarang ini memang harus melatih diri untuk bersabar dengan kondisi perekonomian keluarga.
Di tengah membubungnya harga-harga kebutuhan pokok, biaya pendidikan, komunikasi dan keinginan untuk mempercantik diri yang juga perlu ongkos tak sedikit terkadang mendorong para istri untuk berharap lebih kepada suaminya bisa memenuhi segala keinginannya yang memang secara aturan menjadi haknya. Di sinilah dibutuhkan kekuatan pengendalian diri. Mensortir jenis-jenis kebutuhan secara cermat dan mengedepankan prinsip prioritas. Bisakah?
Insya Allah bisa karena terkadang rahasia rezeki yang besar ada dibalik kemampuan dua sejoli dalam melewati ujian-ujian kehidupan  keluarganya. Bisa besok, lusa, tahun depan atau mungkin beberapa tahun ke depan.
Istri yang baik juga bukan semata-mata setia mendampingi tapi juga cerdas mendampingi. Jika memang suami mengalami jatuh bangun dalam urusan nafkah maka alih-alih membebaninya dengan banyak tuntuntan dan keluhan melainkan berpikir kreatif untuk mencari celah jalan keluar.
Kadang di masa sempit, kreatifitas seorang perempuan bisa tumbuh cepat laksana jamur di musim hujan. Ia tiba-tiba bisa menjadi gesit berjualan kue, terampil memasak, pintar menulis dan sebagainya. Ya… karena Allah tidak melihat seberapa besar yang kita buat dan dapat, melainkan seberapa tegar dan sabar ketika melewati batu-batu ujian. (SIW)
Referensi: Al Quran dan tafsirnya Juz 21 (Jilid 7), Departemen Agama RI tahun 2009.
SAAT RUMAH TANGGA DIGUNCANG SOAL NAFKAH Reviewed by Unknown on 11.48 Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by Salimah Kota Bogor © 2014 - 2015
Designed by JOJOThemes

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.