Top Ad unit 728 × 90

BARU

recent

Pendidikan Anak dalam Islam (Seri ke-5)


MEMBANGUN JIWA ANAK



Sahabat Salimah, Dr. Abdullah Nashih Ulwan, seorang ahli pendidikan anak dalam Islam pun memberikan  tips  metode pendidikan anak yang ke-5 yang menfokuskan pada pendidikan psikis.  Apa itu psikis?…Bahasa sederhana psikis adalah jiwa.  Ilmu yang mempelajari jiwa manusia dikenal dengan sebutan psikologi.  Menurut beliau pendidikan psikis adalah cara mendidik anak supaya bersikap berani, berterus terang, merasa sempurna, suka berbuat baik terhadap orang lain,  menahan diri ketika marah dan senang kepada keutamaan moral secara keseluruhan.
Tujuan umum orang tua dalam mendidik psikis anak adalah membentuk, menyempurnakan dan menyeimbangkan kepribadian anak, sehingga pada usia taklif (dewasa dan menanggung beban) ia dapat melaksanakan kewajiban-kewajiban yang dibebankan pada dirinya dengan baik.
Ada 5 sifat yang perlu dicermati orang tua agar anak terhindar dari sifat tersebut sebagai dasar-dasar pembentukan psikis yang kuat.  Apakah itu?.
1.         Sifat Minder,
Gejala minder paling menonjol dimulai pada usia 4 bulan, dan setelah genap 1 tahun akan nampak jelas pada anak dengan ciri-ciri: memalingkan wajahnya, menutup kedua mata atau wajah dengan kedua telapak tangan jika bertemu dengan orang yang belum dikenal memandangnya.  Pada usia 3 tahun ditandai dengan diam tak bergeming di pangkuan ibunya jika berkunjung ke rumah yang belum dikenal.
Cara memupuk rasa percaya diri tentu saja dengan membiasakan anak-anak untuk bergaul dengan temannya baik di lingkungan rumah maupun sekolah.
Sobat, minder itu berbeda dengan malu lho..sering kita mengatakan, “anak saya pemalu” untuk menghindari kalimat “anak saya minder”.  Dalam Islam, malu justru diketegorikan sifat yang  terpuji misalnya malu terbuka auratnya, malu berkata kasar, malu berbuat tak senonoh, dan yang penting malu dihadapan Allah SWT.
Intinya didiklah anak-anak kita untuk memiliki kepercayaan diri di depan orang lain, mau bergaul dan bersosialisasi dengan kawan-kawannya karena manusia tidak bisa hidup menyendiri.
2.         Sifat Penakut,
Takut dalam batas alami masih dianjurkan dalam rangka menjauhkan diri dari berbagai bahaya namun jika sudah melampaui batas kewajaran bisa menyebabkan goncangan jiwa pada diri anak.  Ada beberapa faktor yang menjadikan seorang anak menjadi penakut seperti kebiasaan Ibu menakut-nakuti anaknya dengan boneka, kegelapan atau makhluk-makhluk seram, kebiasaan memanjakan dan mendikte anak secara berlebihan, bercerita tentang dongeng fiktif yang terkait jin dan mengajarkan ngumpet atau berlindung pada dinding untuk menghindari sesuatu.
Nah, agar anak tak memiliki jiwa penakut tanamkan sedari kecil keimanan dan rasa berserah diri kepada Allah SWT di setiap situasi.  Kedua memberikan kebebasan bertindak kepada anak, memikul tanggung jawab dan berlatih melaksanakan tugas.  Yang tak kalah penting adalah tidak menakut-nakuti anak terutama ketika menangis.  Sejak anak menginjak remaja, berilah keleluasan untuk bergaul, bertemu dan berkenalan dengan orang lain.  Ajarkan anak tentang hikmah peristiwa peperangan di masa Rasulullah, sikap heroik kaum salaf, dan meneladani akhlak orang-orang besar, para ssahabat dan pahlawan untuk menumbuhkan cinta perjuangan.
3.         Sifat Rendah Diri
Rendah diri merupakan kondisi psikologis yang terjangkit karena faktor pembawaan sejak lahir, penyakit, faktor paedagogis atau kondisi ekonomi.  Menurut Dr. Ulwan, penyebab sifat rendah diri  dalam bentuk kategori: penghinaan atau celaan, pemanjaan yang berlebihan, membedakan antar anak, cacat jasmani, keyatiman dan kemiskinan.
Dari semua penyebab, hinaan atau celaan merupakan faktor terburuk.  Sebisa mungkin hindarkan perkataan kasar  atau julukan-julukan jelek ditimpakan kepada anak.    Perasaan terhina bisa menyebabkan penyimpangan psikis yang kerap terbawa hingga dewasa.
Hal lain yang memunculkan rendah diri adalah sikap memanjakan dan mendikte anak secara berlebihan.  Dikatakan anak akan memiliki pandangan sinis terhadap kehidupan karena saking terbiasanya diatur dan dituruti.  Ia melihat teman-temannya maju, sementara ia selalu mengekor, ia melihat temannya tabah dalam kesulitan sedang ia sendiri selalu menangis jika tertimpa musibah meski kecil.
Bentuk-bentuk ‘pendidikan’ yang keliru yang kerap dilakukan seorang ibu antara lain: tidak membolehkan anak mengerjakan pekerjaan rumah apapun dengan dalih sayang, terus menerus mengasuh anak karena merasa bersalah jika meninggalkannya, mengawasi secara berlebihan, tidak menegur anak jika mereka merusak perkakas, mecorat-coret dinding dan sebagainya.
Tanamkan keyakinan qadha dan qadar kepada anak, bahwa musibah tidak akan terjadi tanpa se-ijin Allah, mendidik secara bertahap sesuai usia, juga meneladani kehidupan rasulullah dari kecil hingga dewasa.
4.         Sifat Hasud
Hasud adalah harapan hilangnya kesenangan dari orang lain.  Penyebab hasud antara lain: adanya rasa khawatir anak akan hilangnya keistimewaan dari keluarganya, perbandingan negatif antar anak, adanya pencurahan perhatian kepada salah seorang anak, menolerir anak yang dicintai meski ia salah, berada di tengah kehidupan mewah sementara ia dalam kondisi buruk.
Islam mengajarkan pendidikan paedagogis untuk mengatasi rasa hasud dengan jalan sebagai berikut:
  • Memberikan rasa cinta kepada anak. Aisyah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah membiasakan mencium anak-anak kecil sebagai bentuk kecintaan dan kuatnya tali rahmat atau kasih sayang.
  • Menerapkan prinsip keadilan di tengah anak-anak secara proposional.
  • Menghilangkan faktor yang menimbulkan hasud, “manusia itu akan senantiasa dalam kebaikan selagi mereka tidak saling mendengki” (HR. Ath Thabrani).
5.         Sifat Pemarah
Marah yang dimaksud adalah sifat tercela yang  menimbulkan dampak negatif seperti gejala emosi, menyebabkan tercerai berainya  kesatuan dan persaudaraan.  Rasulullah mengingatkan bahwa orang yang kuat adalah yang paling bisa menguasai nafsunya ketika marah.
Orang tua harus memahami faktor-faktor yang bisa menimbulkan marah pada anak dan bagaimana menghindarkannya. Marah bisa disebabkan karena rasa lapar, penyakit, meniru orang tua, ejekan atau olok-olok dsb.  Islam mengajarkan cara mengatasi rasa marah dengan trik-trik seperti: merubah posisi tubuh anak yang marah, mengajak berwudhu, diam untuk sementara waktu, dan beristighfar.
Nah, adapun marah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW adalah rasa marah jika harga diri dan kehormatan Islam dinjak-injak, termasuk harga diri bangsa kita dilecehkan bangsa lain.
Oke Sahabat Salimah, demikian 5 hal sifat yang harus dihindari pada diri anak agar mereka memiliki jiwa yang sehat dan kuat.  Dan tentunya hal itu tidak bisa tertanam dengan baik jika kita sebagai ortu tidak menanamkan dan mencontohkannya sejak mereka kecil.  Semoga Allah memberi jalan kemudahan ya bagi kita untuk membimbing jiwa mereka agar ikut mampu membentuk mereka menjadi pribadi yang kuat.  Salam Keluarga Salimah. (SIW)


Pendidikan Anak dalam Islam (Seri ke-5) Reviewed by Unknown on 12.08 Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by Salimah Kota Bogor © 2014 - 2015
Designed by JOJOThemes

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.