Pendidikan Anak dalam Islam (Seri ke-5)
Sahabat Salimah, Dr. Abdullah Nashih Ulwan, seorang ahli pendidikan
anak dalam Islam pun memberikan tips metode pendidikan anak yang
ke-5 yang menfokuskan pada pendidikan psikis. Apa itu psikis?…Bahasa
sederhana psikis adalah jiwa. Ilmu yang mempelajari jiwa manusia dikenal
dengan sebutan psikologi. Menurut beliau pendidikan psikis adalah cara
mendidik anak supaya bersikap berani, berterus terang, merasa sempurna, suka
berbuat baik terhadap orang lain, menahan diri ketika marah dan senang
kepada keutamaan moral secara keseluruhan.
Tujuan umum orang tua dalam mendidik psikis anak adalah
membentuk, menyempurnakan dan menyeimbangkan kepribadian anak, sehingga pada
usia taklif (dewasa dan menanggung beban) ia dapat melaksanakan
kewajiban-kewajiban yang dibebankan pada dirinya dengan baik.
Ada 5 sifat yang perlu dicermati orang tua agar anak terhindar
dari sifat tersebut sebagai dasar-dasar pembentukan psikis yang kuat.
Apakah itu?.
1.
Sifat Minder,
Gejala minder paling menonjol dimulai pada usia 4 bulan, dan
setelah genap 1 tahun akan nampak jelas pada anak dengan ciri-ciri: memalingkan
wajahnya, menutup kedua mata atau wajah dengan kedua telapak tangan jika
bertemu dengan orang yang belum dikenal memandangnya. Pada usia 3 tahun
ditandai dengan diam tak bergeming di pangkuan ibunya jika berkunjung ke rumah
yang belum dikenal.
Cara memupuk rasa percaya diri tentu saja dengan membiasakan
anak-anak untuk bergaul dengan temannya baik di lingkungan rumah maupun
sekolah.
Sobat, minder itu berbeda dengan malu lho..sering kita
mengatakan, “anak saya pemalu” untuk menghindari kalimat “anak saya
minder”. Dalam Islam, malu justru diketegorikan sifat yang terpuji
misalnya malu terbuka auratnya, malu berkata kasar, malu berbuat tak senonoh,
dan yang penting malu dihadapan Allah SWT.
Intinya didiklah anak-anak kita untuk memiliki kepercayaan diri
di depan orang lain, mau bergaul dan bersosialisasi dengan kawan-kawannya
karena manusia tidak bisa hidup menyendiri.
2.
Sifat Penakut,
Takut dalam batas alami masih dianjurkan dalam rangka menjauhkan
diri dari berbagai bahaya namun jika sudah melampaui batas kewajaran bisa
menyebabkan goncangan jiwa pada diri anak. Ada beberapa faktor yang
menjadikan seorang anak menjadi penakut seperti kebiasaan Ibu menakut-nakuti
anaknya dengan boneka, kegelapan atau makhluk-makhluk seram, kebiasaan
memanjakan dan mendikte anak secara berlebihan, bercerita tentang dongeng
fiktif yang terkait jin dan mengajarkan ngumpet atau berlindung pada dinding
untuk menghindari sesuatu.
Nah, agar anak tak memiliki jiwa penakut tanamkan sedari kecil
keimanan dan rasa berserah diri kepada Allah SWT di setiap situasi. Kedua
memberikan kebebasan bertindak kepada anak, memikul tanggung jawab dan berlatih
melaksanakan tugas. Yang tak kalah penting adalah tidak menakut-nakuti
anak terutama ketika menangis. Sejak anak menginjak remaja, berilah
keleluasan untuk bergaul, bertemu dan berkenalan dengan orang lain.
Ajarkan anak tentang hikmah peristiwa peperangan di masa Rasulullah, sikap
heroik kaum salaf, dan meneladani akhlak orang-orang besar, para ssahabat dan
pahlawan untuk menumbuhkan cinta perjuangan.
3.
Sifat Rendah Diri
Rendah diri merupakan kondisi psikologis yang terjangkit karena
faktor pembawaan sejak lahir, penyakit, faktor paedagogis atau kondisi
ekonomi. Menurut Dr. Ulwan, penyebab sifat rendah diri dalam bentuk
kategori: penghinaan atau celaan, pemanjaan yang berlebihan, membedakan antar
anak, cacat jasmani, keyatiman dan kemiskinan.
Dari semua penyebab, hinaan atau celaan merupakan faktor
terburuk. Sebisa mungkin hindarkan perkataan kasar atau
julukan-julukan jelek ditimpakan kepada anak. Perasaan
terhina bisa menyebabkan penyimpangan psikis yang kerap terbawa hingga dewasa.
Hal lain yang memunculkan rendah diri adalah sikap memanjakan
dan mendikte anak secara berlebihan. Dikatakan anak akan memiliki
pandangan sinis terhadap kehidupan karena saking terbiasanya diatur dan
dituruti. Ia melihat teman-temannya maju, sementara ia selalu mengekor,
ia melihat temannya tabah dalam kesulitan sedang ia sendiri selalu menangis
jika tertimpa musibah meski kecil.
Bentuk-bentuk ‘pendidikan’ yang keliru yang kerap dilakukan
seorang ibu antara lain: tidak membolehkan anak mengerjakan pekerjaan rumah
apapun dengan dalih sayang, terus menerus mengasuh anak karena merasa bersalah
jika meninggalkannya, mengawasi secara berlebihan, tidak menegur anak jika
mereka merusak perkakas, mecorat-coret dinding dan sebagainya.
Tanamkan keyakinan qadha dan qadar kepada anak, bahwa musibah
tidak akan terjadi tanpa se-ijin Allah, mendidik secara bertahap sesuai usia,
juga meneladani kehidupan rasulullah dari kecil hingga dewasa.
4.
Sifat Hasud
Hasud adalah harapan hilangnya kesenangan dari orang lain.
Penyebab hasud antara lain: adanya rasa khawatir anak akan hilangnya
keistimewaan dari keluarganya, perbandingan negatif antar anak, adanya pencurahan
perhatian kepada salah seorang anak, menolerir anak yang dicintai meski ia
salah, berada di tengah kehidupan mewah sementara ia dalam kondisi buruk.
Islam mengajarkan pendidikan paedagogis untuk mengatasi rasa
hasud dengan jalan sebagai berikut:
- Memberikan rasa cinta kepada anak. Aisyah
r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah membiasakan mencium anak-anak kecil
sebagai bentuk kecintaan dan kuatnya tali rahmat atau kasih sayang.
- Menerapkan prinsip keadilan di tengah
anak-anak secara proposional.
- Menghilangkan faktor yang menimbulkan
hasud, “manusia itu akan senantiasa dalam kebaikan selagi mereka tidak
saling mendengki” (HR. Ath Thabrani).
5.
Sifat Pemarah
Marah yang dimaksud adalah sifat tercela yang menimbulkan
dampak negatif seperti gejala emosi, menyebabkan tercerai berainya
kesatuan dan persaudaraan. Rasulullah mengingatkan bahwa orang yang kuat
adalah yang paling bisa menguasai nafsunya ketika marah.
Orang tua harus memahami faktor-faktor yang bisa menimbulkan
marah pada anak dan bagaimana menghindarkannya. Marah bisa disebabkan karena
rasa lapar, penyakit, meniru orang tua, ejekan atau olok-olok dsb. Islam
mengajarkan cara mengatasi rasa marah dengan trik-trik seperti: merubah posisi
tubuh anak yang marah, mengajak berwudhu, diam untuk sementara waktu, dan
beristighfar.
Nah, adapun marah yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW adalah
rasa marah jika harga diri dan kehormatan Islam dinjak-injak, termasuk harga
diri bangsa kita dilecehkan bangsa lain.
Oke Sahabat Salimah, demikian 5 hal sifat yang harus dihindari pada diri
anak agar mereka memiliki jiwa yang sehat dan kuat. Dan tentunya hal itu
tidak bisa tertanam dengan baik jika kita sebagai ortu tidak menanamkan dan
mencontohkannya sejak mereka kecil. Semoga Allah memberi jalan kemudahan
ya bagi kita untuk membimbing jiwa mereka agar ikut mampu membentuk mereka
menjadi pribadi yang kuat. Salam Keluarga Salimah. (SIW)
Pendidikan Anak dalam Islam (Seri ke-5)
Reviewed by Unknown
on
12.08
Rating:
Tidak ada komentar: