Pendidikan Anak dalam Islam (Seri-6)
Anak juga Mesti Memiliki Kepedulian Sosial
Sahabat Salimah, Dr. Abdullah Nashih Ulwan, dalam bukunya Tarbiyatul Aulad fil Islam juga menekankan pentingnya pendidikan sosial pada anak. Yang dimaksud pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik agar di masyarakat ia bisa tampil dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang dan tindakan bijaksana.
Berikut adalah metode pendidikan sosial yang dianjurkan oleh beliau:
- Penanaman dasar psikis yang mulia
Tumbuhnya kecerdasan sosial dipengaruhi oleh tegaknya dasar pendidikan jiwa individu. Dasar psikis terpenting yang diutamakan Islam untuk ditanamkan antara lain ketakwaan, dengan takwa seseorang tak bakal punya niatan melukai orang lain. Kedua persaudaraan, yang melahirkan perasaan mulia dalam jiwa muslim untuk membentuk sikap positif seperti tolong menolong dan bergotong royong. Ketiga kasih sayang berupa kelembutan dalam hati, perasaan nurani yang tajam dan mengarah pada perlakuan lemah lembut. Keempat perasaan psikologis untuk mengutamakan orang lain, merupakan perangai mulia yang menjadi sendi kuat bagi kebaikan umat manusia. Kelima pemberian maaf. Dalam QS. Al Baqarah: 237 dikatakan pemberian maaf itu lebih dekat kepada takwa. Yang terakhir adalah keberanian yang berlandaskan pada keimanan pada Allah dan kebenaran. Keberanian membuat seorang muslim siap menanggung konsekwensi dalam menegakkan amar maruf dan nahi munkar di masyarakat.
- Memelihara hak-hak orang lain
Hak-hak sosial terpenting yang harus dilaksanakan secara baik antara lain hak terhadap orang tua, terhadap saudara dan tetangga, terhadap guru, terhadap teman dan hak terhadap orang yang lebih tua.
Dalam pergaulan terhadap orang tua misalnya, seorang anak hendaknya diajarkan untuk menghindari perbuatan durhaka. Contoh perbuatan durhaka menurut beliau antara lain anak memandang tajam kepada orang tuanya saat ia marah, memandang dirinya sama dengan ayahnya, mengagungkan diri tanpa mau mencium kedua orang tua, anak malu menyandang nama bapaknya, anak saat dewasa tidak mau menafkahi orang tuanya yang fakir, dan durhaka tergolong besar apabila anak mengatakan “ah” atau membentak, merasa muak, dan menyombongkan diri di hadapan keduanya.
Adapun memperhatikan hak-hak orang yang lebih tua, memiliki lebih banyak ilmu, ketakwaan, kemuliaan dan kedudukannya yang lebih tinggi Rasulullah mengajarkan agar kita mendudukkan mereka sesuai posisi mereka. Jika lebih tua maka biasakan untuk mengajak bermusyawarah, mengutamakan dalam majelis dan memberi makanan lebih dahulu. Juga menyambutnya dengan berdiri jika ia datang. Hal baik lainnya yang dianjurkan adalah mencim tangan mereka namun tanpa melampaui batas misalnya dengan membungkuk ketika berdiri atau ruku ketika mencium.
- Melaksanakan Adab-adab sosial
Adab-adab dalam lingkungan pergaulan yang perlu ditanamkan kepada anak adalah:
- Adab makan dan minum, misalnya tidak mencela makanan yang disajikan kepadanya. Makan denganmemilih yang terdekat, jika makan bersama-sama dianjurkan untuk berbincang-bincang seperti yang dilakukan Rasulullah ketika makan bersama sahabat di atas meja. Mendoakan tuan rumah seusai makan jika bertamu juga adab mulia yang dianjurkan.
- Adab memberi salam, baik kepada orang yang sudah dikenal maupun belum. Ucapkan salam dengan baik dan menghindari menggunakan cara salam seperti kaum agama lain. Nashih Ulwan juga mengingatkan para orang tua untuk mengajar anak memberi salam kepada non muslim dengan kata-kata “wa alaikum”. Yang tak kalah penting menekankan bahwa mengucap salam itu sunah dan menjawab salam adalah wajib.
- Adab meminta izin. Membiasakan anak meminta izin misalnya saat masuk kamar orang tua, bertamu ke rumah teman sangatlah dianjurkan. Hal lain yang sering dilupakan adalah menyahut dengan memberitahukan nama dan kedudukannya jika ditanya. Misalnya saat mengetuk pintu ditanya “siapa itu? ”, maka jawablah dengan menyebut nama bukan bilang “aku”. juga ingatkan untuk tidak mengetuk pintu keras-keras, jika ada bel sebaiknya menggunakan bel. Jika seorang minta izin untuk bertamu, maka menjauhlah sejenak ketika pintu dibuka untuk menghindari bahwa yang membuka adalah wanita yang bukan muhrim. Itulah mengapa Rasulullah menganjurkan jika mendatangi pintu jangan dari depan tapi dari samping baru kemudian minta izin. Beliau juga melarang seorang tamu melihat-lihat isi dalam rumah pemiliknya (HR. Abu Hurairah).
- Adab dalam majlis, anak-anak hendaknya diajarkan berjabat tangan dengan orang yang ditemuinya dalam majelis, jika tuan rumah mempersilahkan duduk di tempat yang ditunjuk atau dikhususkan sebaiknya menuruti. Adab lainnya yakni tidak duduk di tengah-tengah lingkaran majlis khawatir ada yang dipunggungi, jika duduk diantara dua orang yang tengah berbincang hendaknya minta ijin mereka khawatir memutuskan keduanya dan bagi yang datang terakhir atau terlambat selayaknya pula duduk di tempat terakhir kecuali ia seorang tokoh yang dimintai ilmunya. Dilarang dua orang berbisik-bisik di depan orang ketiga dalam satu majelis agar tak tersinggung. Berbicaralah secara perlahan tanpa tergesa-gesa dan jangan memaksakan diri fasih berbicara (tidak berpura-pura pandai/memaksakan diri untuk fasih). Jadilah pendengar dan pemerhati pembicaraan dengan baik.
- Adab Bergurau, bercanda dibolehkan untuk mencairkan suasana namun perhatikan rambu-rambunya yakni tidak berlebihan sampai lupa waktu dan tugas, dilarang menyakiti seseorang dalam bercanda misalnya menyembunyikan barang miliknya untuk mengejutkan, hindari bohong dan batil.
- Adab mengucapkan selamat. Ucapan selamat bagus disampaikan untuk memberikan kegembiraan kepada sesama muslim. Adab yang dianjurkan antara lain menampakkannya dengan penuh perhatian, mengucapkan secaran sopan dan mendoakan. Berikut adalah ucapan-ucapan selamat yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat: kepada orang yang baru melahirkan, baru datang dari bepergian , baru pulang berjihad (tugas besar), baru pulang haji, baru melangsungkan pernikahan, ucapan selamat hari raya, kepada orang yang baru berbuat baik. Ucapan selamat biasanya diikuti dengan saling memberi hadiah.
- Adab menjenguk orang sakit. Menjenguk orang sakit termasuk hak seorang muslim terhadap muslim lainnya. Di antara adabnya adalah bersegera menjenguknya, memperhatikan waktu dan kondisi si sakit, mendoakan ketika menjenguk, anjuran bertanya kepada keluarga si sakit tentang keadaannya, duduk di dekat kepala si sakit dan menenangkannya.
- Adab Ta’ziyah. Jika ada saudara kita yang meninggal, maka etika yang dianjurkan adalah mengucapkan atsar jika mungkin yakni membesarkan hati sebagai ucapan bela sungkawa misalnya, semoga Allah mengampuni, mengagungkan pahala dsb, dianjurkan untuk membuat makanan bagi keluarga jenazah.
- Adab bersin dan menguap. Islam mengajarkan jika seorang bersin hendaklah mengucap hamdalah, yang melihat menjawab dengan yarhakumullah (semoga Allah mengasihimu), dan dijawab yang bersin kembali dengan yahdikummullah (semoga Allah memberimu petunjuk). Namun jika si bersin diam saja, tidak perlu didoakan, tetapi disarankan yang melihat megucap tahmid untuk mengingatkan. Ucapan doa tersebut dilakukan paling banyak 3 kali, karena jika seseorang terus-terusan bersin maka kemungkinan besar ia salesma. (HR. Abu Hurairah).
Pendapat ahli ilmu dan ijtihad mengatakan seorang laki-laki makruh mendoakan wanita muda bukan muhrim yang bersin tapi tidak dimakruhkan mendoakan nenek-nenek.
Perilaku yang dianjurkan saat bersin adalah menutup mulut dengan tangan untuk merendahkan suara dan mencegah menguap sebisa mungkin, jika tak bisa maka tutuplah mulut dengan tangan. Makruh mengeraskan suara ketika menguap. Dalam hadits dikatakan bahwa menguap datangnya dari syetan dan syetan mentertawakan orang yang menguap keras-keras.
- Pengawasan dan Kritik Sosial
Anak semestinya dididik untuk melaksanakan kewajiban amar ma’ruf dan nahi munkar sejak kecil. Sehingga ketika dewasa ia mampu menyampaikan kritik, nasihat dan perkataan yang benar dan melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik.
Demikian pendidikan sosial yang dianjurkan kepada anak agar terlatih dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Sahabat , ada yang mengatakan bahwa kejahatan di jaman sekarang bentuknya adalah ketidak pedulian. Tidak peduli tetangganya lapar, tidak peduli lingkungannya kotor dan rawan kejahatan, atau dalam bentuk tidak peduli dengan apa yang menimpa bangsa dan negaranya. Tumbuh dan kembangkan jiwa dan kepedulian sosial sejak kecil agar mereka tidak hanya shalih dalam beribadah kepada Allah SWT juga memiliki keshalihan sosial kepada sesamanya.(SIW)
Pendidikan Anak dalam Islam (Seri-6)
Reviewed by Unknown
on
13.43
Rating:
Tidak ada komentar: