Top Ad unit 728 × 90

BARU

recent

Wanita dalam Perspektif Islam


Memperingati Hari Wanita Sedunia atau International Woman’s Day yang jatuh tanggal 8 Maret kemarin, seolah membuka kembali lembar sejarah terkait perayaan untuk menghormati dan menghargai keberhasilan kaum perempuan dalam berbagai bidang terutama ekonomi, politik dan sosial meskipun latar belakang perayaan hari Wanita ini cukup ironis dan bernuansa kekerasan.  Pada tanggal 8 Maret 1857, buruh wanita dari pabrik garmen di New York Amerika Serikat berunjuk rasa memprotes kondisi buruk yang mereka alami dari mulai diskrimasi hingga tingkat gaji yang tak setara dengan laki-laki.  Kejadian lain yang tak kalah miris adalah peristiwa kebakaran pabrik di New York Tahun 1911 yang merenggut  140 nyawa perempuan.  Dari peristiwa-peristiwa yang dianggap menghentak nurani dan sisi kemanusiaan perempuan tersebut  lahirlah gerakan woman’s day.
Bagaimana Islam memandang Woman’s Day?.  Jika berkaca pada sejarah tersebut, bisa dikatakan Woman’s Day lahir akibat kesewenang-wenangan negara penganut materialisme dan kapitalisme yang tentu saja bertentangan dengan nilai-nilai Islam.   Wajar saja jika hal tersebut menimbulkan gejolak penuntutan.  Dalam Islam sendiri tidak ada istilah diskriminasi apalagi penindasan terhadap sosok perempuan. Karenanya sebagai muslimah kita patut bersyukur dan tentu saja bangga bahwa justru Islam lah satu-satunya agama sekaligus peradaban yang amat mendukung kemerdekaan dan hak-hak wanita sebagai manusia yang berdaulat di hadapan masyarakat dan Tuhan.

Apa landasan penting yang meyakini bahwa wanita dalam Islam memiliki kebebasan sekaligus kemuliaan?. Oke sebentar, sebelum memaparkan pembuktian tersebut marilah kita terlebih dulu menengok kondisi wanita dalam beberapa peradaban sebelum Islam lahir  yang ternyata jauh menyesakkan dada ketimbang peristiwa yang melahirkan perayaan Woman’s Day di atas. 

Prof. Dr. Raghib As Sirjani, pakar peradaban Islam dari Mesir menjelaskan dalam bukunya, bahwa di jaman peradaban Romawi, berdasarkan perkumpulan besar Orang Romawi memutuskan bahwa wanita merupakan sosok yang tidak bernyawa.  Wanita itu najis.  Mereka melarang para wanita berbicara, bahkan ada yang memasang kunci dari besi di mulut-mulut mereka.  Tak hanya itu para budak wanita hanya berperan sebagai obyek pemuas nafsu seksual semata.  Peradaban Persia sangat merendahkan humanisme, merendahkan wanita dengan menjadikan mereka hak utuh dari para penguasa.  Eropa sebelum Islam lahir diliputi kebodohan, kekerasan dan keterbelakangan. Penduduk daerah utara Eropa misalnya, bertindak seperti orang hindu dengan membakar  mayat ketika mati, dan para istrinya memotong tangan mereka dan melukai wajah dengan pisau. Peradaban India yang identik dengan penggolongan strata dalam bentuk kasta juga memiliki syariat kuno yang memutuskan bahwa wabah, kematian, neraka, racun dan api  lebih baik dari wanita.  Konon jika seorang laki-laki berjudi lalu uangnya habis ia mempertaruhkan istrinya.  Sehingga ketika kalah, maka wanita tersebut diambil oleh si pemenang.  Sedangkan dalam kitab peradaban Yahudi dijelaskan betapa mencemaskannya sosok wanita, “ Aku mendapatkan yang lebih buruk dari maut adalah wanita yang merupakan jaring, sedangkan tangannya adalah perangkap dan tali.”   Adapun pada peradaban Arab sebelum Islam lahir, maka ‘kebejatan’ moral terhadap wanita persis seperti yang digambarkan oleh Ummul  Mukminin Aisyah r.a seperti dalam Shahih Bukhari. Nikah pada jaman jahiliyah ada 4 macam; tiga di antaranya masuk dalam praktik perzinaan dan pelacuran dan hanya satu saja yang terbilang pernikahan syar’i yang kita praktikkan sekarang.  Di Arab juga terkenal dengan tradisi mengubur bayi perempuan hidup-hidup.

Peradaban–peradaban modern pun tak kalah sering menyuguhkan fenomena-fenomena kekerasan terhadap wanita seperti perdagangan wanita (woman trafficking) yang dilakukan oleh berbagai kalangan bahkan menjangkau jaringan kriminal internasional.  Praktik perdagangan wanita sudah menjalar hampir di belahan penjuru dunia.  Terdapat 127 negara pemasok komoditi yang memperjualbelikan wanita dan terdapat 137 negara sebagai importir!.  Negara pemasok adalah Negara-negara di Afrika Barat, Amerika Latin dan Karibia sedangkan Negara-negara penadah sebagian besar terletak di Eropa Barat dan Amerika Utara, padahal mereka menurut kabar adalah dunia yang beradab.
Nah, sekarang mari kita renungi bahwa Allah SWT dengan Maha Penyayangnya sungguh berkenan besar meninggikan dan memuliakan sosok wanita melalui risalah mulia yang diemban Rasulullah SAW.  Islam lahir untuk memberi keadilan yang sesungguhnya. Berikut adalah pembuktian bahwa wanita dalam Islam amatlah berharga.
1.    Sabda Rasulullah SAW, “sesungguhnya wanita itu adalah saudara kandung laki-laki” (HR. Tirmidzi).  Ibnul Atsir seorang sejarawan dalam buku As-Sirjani berkata, “saudara laki-laki mempunyai pengertian bahwa para wanita mempunyai kesamaan dan kesetaraan dengan kaum laki-laki. Bahkan Rasul memerintahkan kepada kaum muslimin untuk tidak membenci perempuan walaupun ada tabiat yang kurang baik pada diri mereka.  Beliau bersabda, “hendaknya seorang laki-laki yang beriman tidak membenci seorang wanita yang beriman.  Jika ia membenci sebagian akhlaknya, maka ada sebagian yang lain darinya yang disukai."  
      Jadi dalam Islam, kedudukan wanita pada dasarnya partner pria yang saling bekerja dan menolong satu sama lain dalam hal kebaikan.  Wanita bukan sosok inferior kecuali dizalimi oleh laki-laki sombong yang merasa superior.

2.   Allah SWT memberikan pahala bagi laki-laki dan perempuan yang beramal shalih tanpa membedakan.
“Barang siapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl: 97).
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, dikisahkan Ummul Mukminin, Ummu Salamah r.a, bertanya kepada Rasulullah SAW mengapa wanita tidak disebut dalam Al Quran dalam perintah-perintahNya sebagaimana laki-laki?, maka turunlah QS. Al Ahzab: 35.
“Sungguh laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan ampunan dan pahala yang besar “

3.         Wanita adalah tiang negara dan pendidik generasi
Baik buruknya suatu bangsa tergantung wanitanya.  Islam sangat memandang penting kecerdasan dari wanita dalam mendidik generasi.  Karenanya perintah menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi laki-laki dan perempuan tanpa membedakan.
“Mencari ilmu itu merupakan kewajiban bagi seorang muslim.”(HR. Ibnu Adi dan Baihaqi dari Anas radhiyallahu ‘anhu)
Ibnu Hazm berkomentar, “Menjadi kewajiban bagi wanita untuk pergi dalam rangka mendalami ilmu agama sebagaimana hal ini menjadi kewajiban bagi kaum laki-laki. Setiap wanita diwajibkan untuk mengetahui ketentuan-ketentuan agama berkenaan dengan permasalahan bersuci, shalat, puasa dan makanan, minuman, serta pakaian yang dihalalkan dan yang diharamkan sebagaimana kaum laki-laki, tanpa ada perbedaan sedikitpun di antara keduanya. Mereka juga harus mempelajari berbagai tutur kata dan sikap yang benar baik dengan belajar sendiri maupun dengan diperkenankan untuk bertemu seseorang yang dapat mengajarinya. Menjadi kewajiban para penguasa untuk mengharuskan rakyatnya agar menjalankan kewajiban ini”. (Al Ihkam fii Ushulil Ahkam 1/413 dalam Para Ulama Wanita Pengukir Sejarah, hlm. 7).
Dalam keseharian hidup di Madinah, Rasulullah SAW memberikan 1 hari khusus untuk mengajarkan ilmu kepada para wanita dan juga istri-istrinya.

4.         Islam mengatur dan melindungi hak-hak wanita demi kemaslahatan
Diantara hak wanita yang dilindungi dalam Islam adalah mereka memiliki hak mendapat warisan. Dan hak ini telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam Al-Quran, utamanya di dalam   QS. An-Nisa ayat 11-13.
 Sebelum Islam lahir, alih-alih mendapat warisan justru wanita kerap diwariskan.  Bahkan Ibu tiri bisa dinikahi oleh anaknya karena diwariskan. Namun ketika Islam datang anak-anak perempuan dan para wanita mendapat hak waris. Ketika wahyu turun membawa aturan kewarisan dengan menyertakan anak-anak perempuan, sebagian orang di masa jahiliyah datang menghadap Rasulullah SAW. dan bertanya, “Wahai Rasulillah, apakah kami harus berikan setengah harta warisan kepada anak perempuan dari harta yang ditinggalkan oleh bapaknya? Padahal, dia tidak bisa menunggang kuda dan tidak berperang. Dan apakah kami juga harus memberi warisan kepada anak kecil padahal dia tidak memberikan apa-apa?.”

5.         Islam memuliakan wanita
Hadits yang sangat terkenal adalah ketika Rasulullah SAW menyebutkan kata “Ibumu” sampai 3 kali baru kemudian “Ayahmu”, ketika seorang sahabat bertanya siapa orang yang wajib dihormati dan dimuliakan, ini menunjukkan seorang ibu yang notebene adalah wanita memiliki kedudukan mulia.  Demikian pula ketika seorang sahabat minta ijin utuk berjihad namun ragu dan minta pendapat, Rasulullah SAW menanyakan, “apakah engkau masih memiliki ibu?”. Berbaktilah kepadanya karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya”.
Rasulullah juga memberikan kabar gembira akan pahala surga jika orang tua yang dikaruniai anak-anak perempuan mampu menjaga dan mendidiknya dengan baik dari kecil hingga mengantarnya ke jenjang pernikahan.
Wanita ‘dihibur’ dengan kemudahan masuk surga ‘hanya’ dengan 3 syarat: menjalankan shalat, berpuasa, dan berbakti kepada suaminya.  Apalagi?. Dalam tinta sejarah tercatat bahwa wanitalah yang pertama kali mengakui  Muhammad SAW sebagai seorang rasul utusan Allah, yakni Khadijah r.a sang istri.  Bukan hanya mengakui tapi ikut berjuang jiwa dan raga mendampingi suami dalam berdakwah, hingga Rasul pun tak pernah bisa melupakannya meski beliau sudah meninggal.  Itulah wanita pertama yang dijanjikan dan dijamin  surga oleh Allah setelah Maryam Ibunda Nabi Isa, dan Asiyah istri Fira’un.

So, berbahagia dan bersyukurlah menjadi wanita yang dimuliakan agamamu, wahai para muslimah!. (SIW)
Wanita dalam Perspektif Islam Reviewed by Unknown on 14.38 Rating: 5

Tidak ada komentar:

All Rights Reserved by Salimah Kota Bogor © 2014 - 2015
Designed by JOJOThemes

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.